Oleh: Kholid Rafsanjani
"Tulisan dan Kematian" (doc.pribadi) |
"...dan jika umurmu tidak panjang, maka sambunglah dengan tulisan"
Pramoedya Ananta Toer
Anda mungkin juga sedang memikirkan kutipan tersebut, apa maknanya atau mengapa saya menuliskannya. Sedikit bercerita, sore kemarin saat saya membantu teman mengarsip majalah-majalah dan buletin, saya tak sengaja membaca kutipan tersebut pada halaman belakang majalah yang kurang lebih berumur lima tahunan. Kutipan tersebut membuat saya dan membangkitkan berbagai pikiran-pikiran dari zona santai saat itu, dan mungkin juga dengan anda sekarang.
Nama Pramoedya Ananta Toer lantas mengingatkan saya pada sebuah buku berjudul Bumi Manusia yang juga termasuk dalam tetralogi Pulau Buru. Dan juga teringat pada seorang Minke dalam ceritanya, seorang gadis pribumi yang bersekolah di Horgere Burger School (HBS). Ya itu sekilas saja yang terlintas dalam benak saya, dan mungkin terlalu jauh jika terus diceritakan mengenai hal-hal menarik tentang Pramoedya Ananta Toer dan karya-karyanya.
Kembali pada kutipan "...dan jika umurmu tidak panjang, maka sambunglah dengan tulisan", manusia sebagai makhluk hidup dengan kelebihan dan keunggulan dibanding dengan makhluk-makhluk lain di bumi karena akal dan nalar yang dimiliki, suatu saat akan menjadi makhluk mati. Ya, makhluk mati. Karena berlabel makhluk hidup, maka suatu saat akan mengalami perubahan label menjadi makhluk mati. Singkat cerita, segala yang hidup pasti akan mati.
Perdebatan mengenai kehidupan dan kematian tidak lantas berakhir dalam sebuah garis akhir begitu saja. Dan mengenai sebuah terjadinya kematian pun masih bergelut pada lingkup mitos agama dan sains. Tidak ada yang tahu pastinya mengenai kapan makhluk hidup menjadi makhluk mati. Namun nalar dan akal manusia tidak sampai puas dengan ketidaktahuan itu. Hingga muncul lah 'pemaksaan' untuk tahu sebagai bentuk pembebasan dari ketidaktahuan itu. Ya, sebuah prediksi atau ramalan mengenai kapan manusia akan mati. Sebuah pemunculan gagasan tentang jarak waktu manusia dapat hidup dengan sebuah istilah yaitu umur.
Dalam menginterpretasikan sebuah kematian, mungkin sudah banyak perbedaan gagasan tentang itu. Terlepas dari itu, anda pun mungkin memiliki pendapat yang berbeda dalam menginterpretasi kutipan diatas. Mengapa kemudian Pramoedya mengatakan "...dan jika umurmu tidak panjang, maka sambunglah dengan tulisan"? Dalam pembacaan saya memang kita pun tak tahu panjang atau pendeknya umur manusia, dan banyak pula generasi yang takut mati, dan generasi yang di mindset untuk mengharapkan umur yang panjang dengan berbagai macam alasannya.
Sebuah tulisan memang tak pernah dikatakan mati setelah dibaca atau sebelum benar-benar dilupakan oleh pembacanya, dalam hal inilah mungkin yang membuat seseorang yang mati secara fisik akan selalu hidup jika dia menuliskan sesuatu yang kemudian dipikirkan oleh orang lain. Seperti penganut Leninisme yang mengabadikan jasad seorang Lenin, dengan sebuah kepercayaan bahwa dengan mengawetkan jasadnya maka suatu saat Lenin akan kembali hidup. Ya suatu saat, bisa jadi saat ini, saat esok, atau saat esoknya.
Sebuah tulisan memang kadang terlihat biasa. Namun ketika sebuah tulisan itu dibaca dan dipikirkan oleh orang lain, mungkin itulah yang dapat menambah umur kita dan membuat hidup seorang penulis yang telah mati. []
Dengan kata lain, menulis membuat [nama]kita 'hidup' leih lama atau di kenang orang lebih lama .
ReplyDeleteyup... Seperti itu kira2..
ReplyDeletemeskipun penulisnya sudah tiada, tapi melalui tulisannya si penulis akan tetap dikenang, begitu ya intinya?
ReplyDeleteya kurang lebuh seperti itulah mbak... heheh, tulisan saya agak njelimet ya...
ReplyDeletewah, agak ngeri tuh akhiran tulisan ini! membuat Hidup kembali penulis yang telah mati.... hiiii ngeri! hehehehe
ReplyDeletenice article kawan! raga boleh tiada, tapi jiwa melalui karya yg baik akan selalu dikenang orang!
Wahhh keren keren...
ReplyDeleteHarus rajin rajin nulis biar 'umur' lebih lama ya hihihi :D
Tulisan sambung nyawa! Mantep!
ReplyDelete"menulislah maka kamu akan abadi" kalau itu kata2nya siapa yaa :D
ReplyDeleteBaca artikelnya jadi merinding sobat!
ReplyDeletekeren mas :)
ReplyDeletemari menulis yuk :D
semoga tidak diingat kita selain karena kebaikan yang telah kita laki lakukan, termasuk dalam bentuk tulisan.
ReplyDeleteini semacam warisan juga ya :))
ReplyDeletewah pantasan kakek kita dulu sering nulis namanya di golok..hehhe
ReplyDeletepantsan kakek kita dulu sering menulis namanya di golok
ReplyDeletejadi merinding :|
ReplyDelete