Ditulis Oleh:
Fahri Prahira
Layaknya manusia
yang masih bernapas kita pasti pernah mengalami fase galau. What GALAU? Mungkin untuk sekarang istilah itu yang saya pakai karena lagi trend dikalangan
remaja labilyang belum stabil. Karena, dulu, ya dulu sekali zaman ibu
saya falling in love sama ahmad albar namanya mumet, bingung atau dilema.
Sebenarnya galau itu ga salah, itu cuma masalah keyakinan kita yang selalu di dampingi keragu-raguan. Saya pernah baca di salah satu novel, yang menceritakan tentang seseorang yang terombang-ambing dilaut lepas tanpa sedikitpun tersisa benda dan makanan untuk bertahan hidup.
Sebenarnya galau itu ga salah, itu cuma masalah keyakinan kita yang selalu di dampingi keragu-raguan. Saya pernah baca di salah satu novel, yang menceritakan tentang seseorang yang terombang-ambing dilaut lepas tanpa sedikitpun tersisa benda dan makanan untuk bertahan hidup.
Selama 79 hari dia mengkonsumsi daging
kura-kura tanpa dimasak, dan untuk air minumnya dia menyuling air laut menjadi
air tawar. Setiap kali dia hampir menyerah dengan keadaan itu, dia terus membangun
keyakinan dalam dirinya "Aku mampu keluar dari situasi ini, aku akan hidup
lebih lama". Berulang kali dia ucapkan kalimat itu, dan pada hari ke 79, perahunya terdampar disebuah pulau. Lalu, dia ditemukan oleh penduduk setempat dengan kondisi tubuh yang sangat lemas, dan puluhan bangkai kura-kura di dalam
perahunya. Mungkin benar kutipan dedi corbuzer, "berpikir positif jika
ingin mendapatkan hal yang positif"
GALAU POSITIF. Apa iya bisa? Why not? Galau ga perlu pesta miras, yang cuma ngilagin nya beberapa jam dan besok nya galau lagi. Duh duh duh kan katanya hidup ini pilihan. Antara cara hidup sulit atau cara hidup mudah, itu tergantung kita. Kalau mau yang mudah kita tinggal bermalas-malasan, tidur makan main, minta uang sama ayah ibu, dan terus seperti itu sampai mati. Lalu dimana titik seni kehidupan, tanyakan sama orang-orang seperti itu.
GALAU POSITIF. Apa iya bisa? Why not? Galau ga perlu pesta miras, yang cuma ngilagin nya beberapa jam dan besok nya galau lagi. Duh duh duh kan katanya hidup ini pilihan. Antara cara hidup sulit atau cara hidup mudah, itu tergantung kita. Kalau mau yang mudah kita tinggal bermalas-malasan, tidur makan main, minta uang sama ayah ibu, dan terus seperti itu sampai mati. Lalu dimana titik seni kehidupan, tanyakan sama orang-orang seperti itu.
Saya
selalu pilih cara sulit, karena hasilnya memuaskan. Saya paling suka pacaran
dengan orang-orang yang jauh diatas saya, baik itu dalam hal materi, pendidikan
atau ilmu. Memang semua manusia sama namun akan berbeda jika dilihat dari
kacamata manusia. Saya sering diingatkan oleh orang tua dan teman deka. Kata
mereka “pacaran sama orang biasa aja jangan ketinggian, nanti kamu sakit". Karena,
tak bisa memenuhi keinginannya, dan bisa jadi dipermainkan.
Okeh saya jawab
terima kasih atas kepedulian terhadap perasaan saya, dilanjutkan dengan
mengucapkan amit-amit setelah mereka mengatakan itu. Yah benar saya sering
sakit hati, tercacimaki, galau yang sangat lama akibat cinta. Tapi disisi lain dengan
secara tak sadar saya selalu bercita-cita besar, berkeyakinan saya mampu.
saya
bisa, dan sampai saat ini saya terus berusaha dari keyakinan itu, alhamdulillah
satu persatu keinginan saya tercapai, alhasil orang tua saya sempat tersenyum kecil
karena pencapaian saya. Jika saya memacari wanita biasa, saya tak perlu jadi
orang hebat. Cukup jadi tukang bakso juga bisa untuk menafkahi anak dan istri
saya kelak.
Memang niatku terlalu naif, tidak seperti mereka yang bercita-cita
ingin menunaikan orang tuanya ke mekah. Namun apapun niat kita, asal berhasil
membakar pikiran negatif dan menghasikan hal positif, pasti semua berjalan
manis.
Tak ada yang mustahil dalam hidup, karena hidup
penuh kejutan. Saya punya cerita sederhana waktu nganter teman belanja. Niat
dari rumah cuma mau nganter doang, acak-acak toko eh ternyata ga ada yang cocok
dengan selerany. Lalu, kami hendak pulang, namun disamping pintu mata saya
tergoda dengan baju berwana merah jambu. Tanpa pikir panjang saya beli baju
itu. Saya yang dari awal niat nganter, tapi malah belanja. Satu kejutan
sederhana dihari itu
"Hidup ini sekali, namun terkejutlah bekali kali". Ini
hanya opini subjektifku, jika kalian punya cara pandang yang lain, ayo tuangkan
dalam tulisan, berkarya itu indah.
Ternyata semua itu tergantung pilihan ... hehehe
ReplyDeletebagus :))
ReplyDeleteSemua di dunia itu kn akab ditangkap berbeda Tergantung perspektif dan cara pandang.
ReplyDeletegalau dalam arti prihatin sama keadaan yang buruk, lalu merenung kan berarti positif..
iya gak min?
Life must go on till we die, we can make a miracle. Hohoho...
ReplyDeletemantap. tulisannya kembali membangkitkan motifasi
ReplyDelete