Cinta memang bisa membuat perasaan melayang hingga ke atas awan tapi cinta juga bisa membuat galau tingkat akut. Psst, tapi cinta yang “halal” walaupun sempat membuat galau, endingnya tetap saja manis karena kegalauan di dalamnya adalah perjalanan menuju berkah berikut karena kegalauan yang dilewati berarti juga satu ujian telah dilewati, menuju kepada level cinta berikutnya. Aih, indahnya.
Galau luar biasa, begitulah rasanya ketika suami sakit. Apalagi jika sakitnya pada waktu libur lebaran, saat di mana tenaga-tenaga kesehatan lagi pada cuti. Kerabat yang berprofesi sebagai dokter sedang mudik sementara nomor ponsel seorang dokter – sahabat keluarga tak kami simpan. Butuh waktu beberapa lama hingga akhirnya kami mendapatkan nomor kontaknya.
Pukul sepuluh pagi adalah waktu yang disepakati untuk bertemu dokter. Hari itu adalah hari kerja pertama pasca libur lebaran. Sewaktu ditelepon, dokter menyarankan untuk membeli obat anti mual – Sotatic namanya. Suami saya muntah-muntah hebat semalaman. Bukan hanya bubur, air putih pun dimuntahkannya. Obat itu harus diminumkan secepat mungkin.
Jam dinding menunjukkan pukul delapan lewat sedikit. Apotek biasanya belum buka jam segini. Saya harus mencari apotek yang buka dua puluh empat jam. Saya berjalan kaki keluar rumah dengan perasaan setengah melayang, meninggalkan sang separuh jiwa yang sedang menahan sakit di atas pembaringan. Saya memanggil bentor (becak bermotor) yang sedang parkir. Pengemudinya menanyakan tujuan saya.
“Saya mau ke apotek di jalan Rusa. Tapi kalau apotek dekat sini sudah buka, kita ke situ saja,” saya menjelaskan. Jalan Rusa berjarak satu kilometer dari rumah. “Bila apotek dekat sini sudah buka, lumayan juga menghemat waktu dan rupiah,” walau galau, pikiran matematis ala iburumahtangga saya masih berfungsi.
Badan saya yang kurang sehat merasakan angin dingin menembusi pakaian. Mata saya yang setengah nanar karena kurang tidur mengamati deretan ruko yang kami lalui, ada apotek di antaranya. Saya tersenyum samar melihat pintu apotek itu terbuka lalu memberi aba-aba kepada pengemudi bentor supaya berhenti.
Saya turun dan menghampiri seorang wanita paruh baya berkulit kuning dan berwajah oriental yang sedang menyapu di depan ruko yang pintunya terbuka itu.
“Permisi Ci’, sudah buka?” tegur saya ramah. Sesungging senyum saya hadiahkan kepadanya.
“Mau beli apa?” wanita itu menatap saya tanpa balas tersenyum.
“Mau beli Sotatic,” jawab saya sopan.
“Apa itu?”
“Obat anti mual.”
Wanita paruh baya itu melengos, terlihat gurat sebal di wajahnya. Tanpa berkata apa-apa, ia menunjuk tegas ke arah ruko di sebelah kiri ruko yang pintunya terbuka itu. Pintu ruko yang ditunjuknya masih tertutup. Wanita itu balik badan, meninggalkan saya yang terlongo.
Seketika rasa galau berubah menjadi rasa blo’on luar biasa ketika saya membaca tulisan di atas ruko yang dimasuki wanita paruh baya itu: PERCETAKAN. Sementara papan yang terletak di atas ruko yang ditunjuknya bertuliskan: APOTEK. Olala pantas saja dia kelihatan sebal, mana ada percetakan yang menjual obat anti mual?
Kegalauan telah membawa saya ke ruko yang salah. Ruko yang hendak saya datangi itu masih selangkah di sebelah ruko wanita paruh baya itu. Saya memang pantas membuatnya sebal. Duh, ingin rasanya mencubiti diri sendiri.
Saya bergerak menuju bentor. Entah polos atau terlambat mencerna, pengemudi bentor bertanya mengenai obat yang saya cari, “Ada, Bu?”
“Tidak ada. Ayo kita ke apotek yang di jalan Rusa itu!” saya mengarahkan wajah bersemu malu saya lurus ke arah depan. Mudah-mudahan ia tak menyadari ketololan saya.
Dua hari kemudian, setelah kisah ini saya ceritakan kepada suami, kami berdua tertawa terpingkal-pingkal sampai-sampai sulit berhenti. Ah, cinta … memang rasanya gado-gado ya.
note : Jangan lupa ikutan giveaway Istri Yang Baik di blog saya hingga tanggal 2 Desember 2014, Infonya bisa dicek di sini
emank kalau kurang tdr bisa bkin kacau :D
ReplyDeletesaya malah kurang tidur :) hoaaam
ReplyDeletekalau sudah berurusan dengan belahan jiwa kadang otak menjadi eror. apalagi sang belahan jiwa dalam keadaan tidak sehat. bawaannya pasti mikir macem-macem.
ReplyDeletewkwkwk :))
ReplyDelete;-) begitulah saking paniknya, sampe-sampe percetakan dikira apotek.
ReplyDeletemasih bisa dimaklumi, pikiran bunda pasti terbagi antara suami tercinta, obat yang harus dibeli, rupiah yang harus dikeluarkan dan kepalaya yang kleyeng kleyeng
ReplyDelete