Lady Katana |
Ditulis oleh Mahmud berdasarkan wawancara dengan Putu Felisia.
Pernah baca My
lovely Gangster? Ehm... atau Heart
Quay?
Kalau Anda pernah baca..., selamat...! Berarti Anda
termasuk ke dalam golongan orang yang beruntung :D
Beruntung karena kali ini kita akan sedikit berkenalan
dengan sang penulis. Yapp, dialah Putu Felisia atau lebih terkenal dengan
julukan Lady Katana.
Mbak Putu—saya memanggilnya—sudah menyukai dunia menulis
sejak SD. Sedikit bercerita, pada saat kecil dia sudah menunjukkan bakatnya dibidang
menulis. Ketika itu dia menulis cerita dongeng yang ditulis tangan lalu di-fotocopy dan dijual dengan harga 150
rupiah per buah dan sejak saat itu pula dia menjadi suka pada dunia
kepenulisan.
Bagi perempuan yang pernah menjadi penyiar radio hingga
menyukai segala jenis aliran musik ini, menulis merupakan saat yang tepat
berbicara mengenai segala hal di sekitar. Baik sekala dan niskala. Karena itu
Putu tak pernah membatasi semua tulisan-tulisannya, termasuk di genre fantasi
sekali pun. Keberaniannya kadang mendapat pro dan kontra. Namun itu hal yang
wajar, karena menurutnya pembaca berhak menyukai atau membenci satu karya.
“Yang penting saya telah berusaha sebaik-baiknya, dan
lebih berusaha lagi di buku selanjutnya,” katanya.
Ok, cukup perkenalannya.
Eiitss, tunggu... kita belum masuk ke menu utama. Suatu
kesempatan yang sangat spesial berhasil saya dapatkan. Saya berhasil
mewawancarai Mbak Putu secara live! Uhm,
walaupun hanya melalui media sosial. Semoga suatu hari benar-benar bisa
bertemu.
Dengan bangga saya persembahkan....
Diiringi genderang dan pelepasan burung merpati.
Inilah hasil wawancara saya. Bekicot, eh, check it out!
1. Mbak, boleh sedikit jelasin tentang dirinya, nggak?
"I am Just I am. Tidak
ada yang lebih menyenangkan daripada menerima kalau saya adalah saya. Saya
tidak berusaha menjadi orang lain. Atau berusaha menilai kehidupan dari kaca
mata orang lain. Saya mendapat “perdamaian” ini saat saya mengenal sosok Ajahn
Brams. Tidak penting siapa Anda, apakah Anda setitik debu di semesta yang luas,
yang terpenting adalah bagaimana hati Anda.”
2. Apa quotes favorit Mbak Putu?
"Lagi suka anicca sabbe shankara (dapat berarti semua
yang berkondisi tidak kekal). Quotes ini membuat saya tidak kecewa bila
mendadak keadaan berubah, atau menurun ke kondisi yang buruk.”
3. Apa makanan favorit Mbak Putu?
"Apa aja yang bisa dimakan. :D Belakangan saya
kurang menyukai daging, tapi apa saja yang ada biasanya disyukuri saja :3 “
4. Apa hobi Mbak Putu selain nulis?
"Denger lagu, nonton film, ngayal. Sebenarnya ingin
juga melakukan aktivitas lain seperti memasak atau menjahit. Sayangnya… ya itu,
keinginan tak sebanding dengan niat dan tenaga :P “
5. Siapa penulis favoritnya? Mengapa?
"Banyak banget. Mau yang mana? Asia? Eropa? Amerika?
Ada semua. Masing-masing memiliki ciri yang keren. Kahlil Gibran yang lembut,
Chiung Yao yang romantis, Sidney Sheldon yang tricky, dan masih banyak lagi :D “
6. Mengapa Mbak Putu suka menulis?
"Karena buku adalah jiwa saya. Saya memang agak-agak
word-addict, nggak bisa melewatkan sehari
tanpa menulis dan membaca.”
7. Apa jenis cerita yang biasa ditulis?
"Macam-maca. Action, crime romance, apa pun yang kelihatan prospektif untuk
diceritakan.”
8. Dari mana saja inspirasi biasanya datang?
"Dari kehidupan. Ada banyak sisi kehidupan yang
terlihat. Baik dari televisi, dari socmed, dari kisah-kisah para sahabat. Saya
adalah pendengar yang baik :3 “
9. Biasanya apa yang Mbak lakukan ketika kehilangan
inspirasi dalam menulis?
"Meninggalkan netbook dan buku, hidup sebagaimana
biasanya."
10. Apa sih hal yang paling Mbak sukai?
"Kehidupan. Apa lagi yang bisa lebih saya syukuri
dari hal itu? Dari kehidupanlah kita belajar, dan kehidupan memberi banyak hal
indah untuk diingat, meski mungkin sekarang itu terlihat tidak bagus.”
11. Kalau yang paling dibenci?
"Lagi belajar untuk meminimalisasi benci. Membenci
itu menguras energi, dan nggak ada gunanya sih. Ada terlalu banyak hal baik
yang tak terlihat oleh rasa benci.”
12. Apa yang ingin Anda sampaikan melalui tulisan Anda?
"Semua kisah adalah pandangan mengenai kejadian dan
hidup, saya hanya mengamati. Soal hikmah biarlah pembaca yang menarik
kesimpulan.”
13. Dari sekian banyak karya Anda, manakah karyanya yang
paling berkesan?
"My Lovely Gangster, Shadowlight dan Heart Quay,
Astravalor Princess.
My Lovely Gangster: debut dan berlanjut jadi serial.
Shadowlight: buku yang tidak mungkin dilanjutkan lagi,
namun kisahnya belum selesai.
Heart Quay berkesan karena juara novel amore, dan
Astravalor berkesan karena ada banyak kisah dibalik riset dengan berbagai tipe
orang, dari indigo asli, warlock asli, dan terapis psikologi.”
16. Selain menulis, adakah cita Anda yang lain?
"Apa ya? Bingung."
17. Apa pesan Anda untuk orang yang ingin menjadi penulis?
"Menulis nggak gampang, tapi menulis membuatmu
meninggalkan jejak di dunia."
18. Siapa sih orang yang paling berperan dalam karir Anda?
"Banyak banget. Mas Donatus A. Nugroho, Mbak Triani
Retno, Mas Mayoko Aiko, Mbak Endah mantan editorku."
Satu hal yang sangat menarik perhatian saya dari Mbak
Putu, yaitu... meski sudah banyak menelurkan karya, ternyata enggan disebut
‘Penulis’ karena baginya menulis itu sekadar hobi, bukan profesi. Menulis
adalah mengamati. Menulis adalah berbicara. Menulis adalah menuangkan pikiran
dengan cara halus dan menyentuh perasaan.
Tulisan yang menginspirasi, semoga saya bisa Mba Putu yang tetap dengan kesederhanaannya dan apa adanya.
ReplyDeletejadi menginspirasi nih :)
ReplyDeleteTerima kasih min ... sudah di post.. :D
ReplyDeletebuat info menarik lainnya kunjungi sansugai.blogspot.com
satu2nya blog asal indonesia yang terdaftar di website japanbloglist.com
Meskipun menjadi penulis bukan sebuah hal yang mudah, terlebih untuk menjaga konsisetensi dalam menulis itu sendiri sangatlah sulit...tapi tetap harus dilakukan... :) terimakasih ulasannya... jadi semangat kembali untuk menulis.. :)
ReplyDeletetrims buat informasinya
ReplyDeleteMba LK, keren sekali.
ReplyDeleteSalut dengan mbak putu, sudah bisa menghasilkan dari menulis walaupun dulu masih SD! Saya jadi terinspirasi. Soalnya dulu sempat suka menulis selepas SMA, tapi nggak saya seriusin karena kebutuhan finansial yang mendesak
ReplyDelete