Credit |
Oleh: Rifa Roazah
Apa
yang ada dipikiran kalian saat mendengar kata ‘setia’? Seseorang yang tak
pernah menyelingkuhi kekasihnya? Seorang istri yang tidak pernah diam-diam main
‘di belakang’? Atau seorang warga Indonesia yang patuh pada Pancasila dan mempertahankan
status kewarganegaraannya sebagai rakyat Indonesia?
Ada
salah satu bentuk setia yang seringkali diabaikan: setia menjaga rahasia,
terutama setia kepada teman-teman yang menitipkan rahasia mereka. Manusia memiliki
kecenderungan untuk berbicara dan merasakan semacam rasa senang saat
membicarakan orang lain. Bukan hanya orang-orang yang tidak disukainya, tapi
orang-orang terdekat pun tak luput dijadikan bahan pergunjingan.
Keburukan
orang lain—terutama orang yang dibenci—seakan-akan menjadi topik pembicaraan
yang sangat menarik. Entah mengapa, keburukan yang ada pada diri orang yang
digunjingkan secara otomatis mengangkat nilai diri orang yang menggunjingkan
dan membuatnya seolah tampak lebih baik dibanding orang yang digunjingkannya
tersebut. Dapat kita lihat sendiri di sekitar kita, rahasia-rahasia orang lain—terutama
aib—lebih banyak diminati untuk didengar dibandingkan dengan topik-topik lain
yang lebih berkualitas. Gosip itu sungguh racun.
Seseorang
justru meracuni hati nuraninya sendiri dengan membahas kejelekan dan rahasia-rahasia
orang lain, terutama bila yang dibicarakan adalah temannya sendiri. Betapa
munafiknya seseorang yang telah dipercaya kemudian menjadikan aib temannya
sendiri sebagai bahan obrolan. Ada pepatah yang mengatakan: Bila ingin tahu
bagaimana seseorang membicarakanmu, maka lihatlah bagaimana ia membicarakan
orang lain. Bila ada orang yang dengan gembiranya membahas aib orang lain di
depan matamu, sudah jelas ia dapat membicarakan dirimu kepada orang lain
seperti itu juga. Bahkan orang yang tidak dekat dengan kita pun harus dijaga
nama baiknya. Dengan bergosip, kita telah menghabiskan waktu kita untuk sesuatu
yang tidak berguna, dan nanti di akhirat mesti memakan bangkai orang yang kita
bicarakan pula.
Terkadang
kita memang dapat terpengaruh dengan mudahnya oleh omongan orang lain. Bila ada
seorang teman kita yang tidak suka dengan seseorang, lantas kita juga ikut
tidak suka dengan orang tersebut. Padahal, sikap orang tersebut kepada kita
secara personal selalu baik. Bukankah tidak adil dan sangat munafik bila kita
ikut membenci dan menggunjingkan orang tersebut? Mari kita periksa hati masing-masing, sudahkah kita setia dengan teman-teman
dan sahabat kita sendiri?
Kalimat
milik Eleanor Roosevelt berikut ini menunjukkan betapa rendahnya nilai diri
seseorang yang membicarakan orang lain:
“Great
minds discuss ideas, average minds discuss events, small minds discuss people.”
Kalau seperti di atas pembahasan nya setia menjadi lambang sebuah kepercayaan, seberapa bisa kita dipercaya oleh orang lain untuk menyimpan sebuah rahasia. Setia menjadi berat ketika hati dan mulut tidak bisa bekerja sama untuk menjaga sesuatu yang harusnya tetap tersimpan rapi...
ReplyDeletemenurut saya, tidak ada orang yang bisa kita percayai untuk menyimpan rahasia terbesar kita selain diri sendiri.... :D
ReplyDeletetrima kasih.. sudah diingatkan kembali.. :)
ReplyDeleteAku, masih disini, untuk setia.......
ReplyDeleteIya, mari kita jaga kepercayaan orang lain :))
ReplyDeletesetia dan jujur kunci utama untuk hubungan yang bahagia
ReplyDeletekalo saya sih yakin :)
ReplyDeletesaya akan tetap setia sampai akhir hayat :) :)
ReplyDelete