Credit |
Oleh
Ruby Astari
Sebelum menjawab pertanyaan di atas,
istilah internet troll mungkin belum
banyak terdengar—meski pelakunya sudah di mana-mana dan tampaknya makin
merajalela. Mungkin bila Anda cukup teliti menilik respon-respon pada
konten-konten di blog atau social media,
Anda langsung bisa menemukan yang mana yang termasuk kategori internet troll. Bahkan yang paling mengerikan, Anda
sendiri pun berpotensi melakukan trolling
alias menjadi internet troll
juga. (Hiiih!)
Sadar tidak sadar, hal itu bisa saja
terjadi. Namun, sebagai orang awam, bagaimana cara mengenali internet troll?
1.
Tipikal
bully.
Baca saja dari cara mereka
berkomentar, entah itu di blog, situs berita resmi, atau tautan artikel
mengenai suatu hal. Entah selalu negatif, berupa serangan bernada SARA (Suku,
Agama, Ras, dan Antar-golongan), atau ejekan—bahkan
kadang hanya dari sekadar membaca headline
tanpa (mau repot-repot) membaca artikelnya. Kadang suka tiba-tiba #OOT (out of topic) alias nggak nyambung
sama sekali. Kadang menyerang user sebelumnya
yang sudah duluan berkomentar—padahal saling kenal saja juga tidak.
Tujuannya? Tentu saja sengaja bikin
keki pihak-pihak tertentu, memancing perdebatan panas, terutama antar user (baca: mengadu domba.) Pokoknya,
sekadar ‘meramaikan suasana’.
2.
Terus
memanas-manasi.
Saya
pernah membaca
komentar-komentar di bawah tautan sebuah artikel yang kesannya ‘penting’, karena kok tidak habis-habis?
Si A mencela, si B membalas, si A membalas si B lagi, si C membela B, dan
seterusnya. Kata-kata ‘mutiara sampah’ pun
sukses menyesaki laman akibat deretan komentar yang kian mengular, bikin sakit
mata sekaligus panas hati.
Mungkin Anda akan bertanya-tanya
apakah mereka punya kerjaan lain yang lebih penting?
Kalau Anda sampai membuang-buang
waktu dan tenaga—sekaligus pikiran dan perasaan—meladeni orang-orang yang
demikian, berarti selamat... Anda baru saja termakan pancingan internet troll.
3.
Sengaja
mencari target yang spesifik.
Meski kesannya mereka ‘asal komentar’, sebenarnya mereka
sengaja mencari target yang spesifik. Misalnya, dalam berita kasus kriminal
seperti KDRT (kekerasan dalam rumah-tangga). Internet troll biasanya akan memulai duluan dengan komentar seperti, “Ahh, paling istrinya yang cari gara-gara
duluan dan durhaka.” Padahal, belum tentu mereka baca artikelnya secara
keseluruhan. Kenal dengan korban saja tidak! Layaknya bully di dunia nyata, mereka cenderung ‘menyerang’ target yang (dianggap) lemah atau rentan secara
emosional.
4.
Positif
sosiopat dan narsis.
Jangan pernah berharap mereka akan
menyesal, meralat komentar mereka, atau minta maaf karena telah menyinggung
perasaan orang banyak. Meski argumen Anda benar dan atau didukung para user lain, percuma juga meladeni internet troll. Nggak hanya waktu dan tenaga
Anda yang terbuang percuma gara-gara berdebat di laman—apalagi masih banyak
pekerjaan lain di dunia nyata yang sebenarnya jauh lebih penting dan mendesak
untuk segera diselesaikan! Kalau misi mereka sudah tercapai yaitu bikin
keributan di dunia maya, biasanya internet
troll akan melakukan satu hal paling pengecut dan kurang ajar: KABUR.
Selain bosan, mereka pastinya juga akan pindah ke situs lain untuk mencari
calon korban baru, siapa pun itu.
5.
Biasanya memakai identitas atau akun palsu.
Jarang sekali internet troll yang cukup ‘bernyali’ atau bodoh untuk memakai akun dengan identitas asli
mereka. Apalagi mereka sadar bahwa akun mereka selalu bisa diblokir agar tidak
lagi mengganggu kenyamanan para user lain
di situs yang bersangkutan akibat pengaduan user
lain. Tergantung kebijakan admin juga sih. Kalau itu sampai terjadi,
gampang saja. Cukup bikin akun baru dan mulai dari awal lagi atau berselancar
ke situs lain.
Jadi, bagaimana menghadapi internet troll yang tampaknya kian
merajalela ini?
1. Nggak saling kenal?
Ngapain buang-buang waktu dan tenaga Anda yang sangat berharga? Cuekin saja
mereka!
2. Mereka enggan berhenti
mengganggu Anda sampai ke laman pribadi Anda, padahal kenal saja tidak? Anda
bisa pilih: blokir mereka, adukan mereka ke admin situs yang bersangkutan, atau
laporkan ke pihak berwajib menggunakan UU ITE. Untuk yang terakhir, itu kalau
Anda bersedia repot, ya.
3. Seorang teman pernah
memberi saran: tiap kali baca berita di situs resmi atau tautannya di social media, tidak perlu sampai membaca
komentar-komentar para user di bawah.
Bahkan, kalau bisa tidak perlu ikutan kasih komentar sekalian. Nggak wajib
juga, ‘kan?
Bisakah Anda berpotensi menjadi
seorang internet troll? Tentu saja.
Ada baiknya Anda waspada bila mulai mengalami gejala-gejala atau melakukan
hal-hal di bawah ini:
1. Semula berawal dari
iseng menggoda teman atau orang lain di dunia maya karena sedang bosan atau
menganggur. Yang menjadi masalah, Anda tidak tahu kapan harus berhenti, alias
kebablasan!
2. Anda punya satu atau
lebih akun samaran untuk...
iseng!
Misalnya stalking mantan yang
kemudian berujung pada keisengan-keisengan lainnya. Nah, kalau yang ini, memang sudah niat dari awal!
3. Anda semakin lama
menghabiskan waktu di depan komputer,
dan itu pun bukan untuk bekerja.
4. Ini mungkin perasaan
paling ganjil, tapi—entah kenapa—Anda senang sekali bila berhasil membuat
banyak orang marah dan sakit hati atas komentar sadis Anda. Anda bahkan tidak
peduli bila Anda dan mereka sama-sama tidak saling kenal di dunia nyata!
5. Anda cenderung enggan
menerima atau malah lari dari kenyataan bahwa di dunia nyata Anda mungkin
sebenarnya bukan siapa-siapa atau tidak begitu ‘dianggap’. Yang paling menyedihkan, Anda menjadikan dunia maya
sumber pelarian dari masalah dan stres Anda, serta pemuas ego belaka, karena
hanya di sana Anda merasa berjaya. Ya, berjaya karena menghina orang lain di
sana. Dengan kata lain, kemungkinan besar di dunia nyata Anda adalah seorang... pengecut.
6. Anda jadi makin tidak
peka terhadap lingkungan dan situasi sosial di sekitar Anda. Empati Anda... mati.
7. Anda selalu punya
alasan atau lebih tepatnya pembenaran atas semua yang Anda lakukan. Dengan kata
lain, menurut Anda selalu orang lain yang salah. Anda merasa tidak pernah perlu
minta maaf, karena Anda merasa ‘berhak’ apa
pun alasannya!
8. Yang mulai menyadari
perubahan perilaku Anda mungkin akan punya beragam reaksi. Ada yang masih cukup
peduli untuk menegur Anda. Ada yang memilih menjauh, karena toh percuma juga
mendebat Anda yang selalu merasa paling benar sendiri.
9. Anda jadi kepo atau
usil dengan urusan orang lain, tapi bukan karena peduli yang kebablasan. Anda
sengaja mencari-cari ‘cacat’ atau kesalahan atau kelemahan orang lain
untuk dipakai menjatuhkan mereka, karena Anda memang berhasrat melakukannya.
Bagi yang sudah terlanjur, semoga
segera sadar. Kalau perlu, silakan konsultasi pada ahli jiwa. Bagi yang belum,
jangan sampai. Masih banyak cara lain yang lebih positif untuk mengisi waktu
luang Anda, dan tentu saja
menjadi internet troll bukan salah
satunya!
Salam dari Desa, min kiranya kedepan warung blogger bisa melahirkan kader-kader blogger desa. Doa kami sukses buat kawan-kawan warung blogger.
ReplyDeleteSalam
Blog desa kami: http://risehtunong.blogspot.co.id/
Film Semi
ReplyDeleteBioskop Online
Ganool Movie