Jangan Dulu Bilang “Sayang” |
Oleh Sang Penceloteh
Di zaman yang serba modern ini, kebanyakan pasangan
masing-masing mempunyai cara untuk mencintai. Saking modernnya, para pasangan
mempunyai panggilan masing-masing untuk kekasihnya. Ada yang memanggil pasangan
prianya dengan sebutan “kucing” dan perempuannya dengan sebutan “tikus”.
Ada-ada saja pasangan yang seperti itu. Ah, mungkin itulah yang disebut dengan
kata sayang di zaman yang serba modern ini.
Berbicara mengenai kata “Sayang”, selalunya mengarah
pada kata “Kasih” yang ditujukan kepada orang yang disayangi dan paling banyak
digunakan oleh orang yang sedang merajut kasih di samudra cinta.
Hei, kamu! Iya, kamu yang sedang membaca artikel
ini. Kamu sudah punya pacar? Ah, jangan malu, lah, untuk mengatakan jika
sudah punya. Tetapi, yang masih kecil-kecil jangan
pacaran dulu yah, soalnya agak bahaya. Kenapa bahaya? Kita kan juga punya hak untuk
pacaran?
Yaelah, tidak usah pakai kata hak, hak sepatu kaleee.
OK, kamu memang punya hak untuk
pacaran. Tetapi, yang masih duduk di bangku sekolah dasar atau menengah
pertama merupakan masa-masa pertumbuhan. Masa dimana kalian harus menemukan
banyak kenangan untuk masa kecil kalian. Masa dimana kalian dibiarkan bermain
sepuasnya menikmati masa kecil yang masih jauh dari kata pacaran.
Adik-adikku yang manis, masa sekolah di menengah
pertama memang sudah bisa mengenal yang namanya suka, sayang, dan cinta. Eits,
hanya sebatas mengenal yah. Saya ulangi MENGENAL. Nah, dari mengenal inilah
yang membuat kalian bisa memilih ketika dewasa nanti. Intinya, belajar mengenal
arti kata yang bakalan dipakai pada saat kamu pacaran nanti. Jadi, jangan
pacaran dulu yah adik manis.
Saya juga punya adik perempuan. Dia sekarang duduk
di SMP kelas tujuh. Sekolahnya adalah sekolahku dulu. Namun, yang aku herankan,
kenapa sudah banyak setan di sana.
Memasuki pintu gerbang sekolah, saya sudah mendapati dua orang siswa dan siswi
duduk berdampingan sambil berpegangan tangan. “Itu belum wajar,” kataku.
Ngapain coba duduk di bagian pojok dekat tempat pembuangan sampah sambil
berpegangan tangan dan kepala yang disandarkan di salah satu pundaknya. Jujur,
aku menggeleng melihatnya. Adikku yang manis, pengetahuan pacaran belum kalian
tahu sepenuhnya. Ah, kasihan sekali kalian. Sungguh malang nantinya, sekarang
memang hanya tangan, besok-besok yang di pegang apanya coba?
Adik-adik pasti pacaran tanpa diketahui orangtua, kan?
Ah, jangan bilang tidak. Karena orangtua yang baik, pasti memberikan batasan
yang bijak untuk anak-anaknya. Kamu tahu, terkejutnya saya belum sampai di situ, tapi ketika melewati jembatan
gantung yang terdapat di dekat sekolah itu, saya kembali melihat pasangan anak
SMP yang saling berpelukan. Tuh-kan, tadi tangan! Sekarang sudah melingkar 360
derajat.
Dari situ, saya mulai keras kepada adik saya. Keras
dalam artian mengkritik secara halus. Mengkritik dengan memberikan bukti-bukti
yang patut ia ketahui sebelum memberikan kata sayang kepada orang lain.
Ah, jangan berikan kata sayangmu dulu! Itu belum seharusnya
dikeluarkan. Ada saatnya kata “sayang” itu keluar. Kamu tenang saja. Alangkah
lebih baiknya, kamu pelajari dulu kata “Suka”, “Sayang”, dan “Cinta” itu dulu.
Mempelajari bukan Berarti langsung mempraktikkan.
Ah, tidak begitu adikku yang manis. Bagaimana caranya? Seiring berjalannya
waktu pasti kamu akan tahu sendiri makna-makna dari kata-kata yang saya
sebutkan tadi. Intinya, buat adik-adikku yang manis, nikmati dulu masa-masa
kecilmu yah! Sayangkan jika waktu kecilmu sudah dirampas oleh kata “pacaran”.
Sangat disayangkan juga jika karakter yang seharusnya ada di SMP tapi malahan
dibawa sampai SMA. Kalian tidak mau dicibir dengan kata-kata, “Tingkahnya seperti anak kecil, mungkin dia tidak
menikmati masa kecilnya dulu.”
Hei, adik! Kalian mendengarkan? Atau jangan-jangan
ketika saya melarang pacaran, kalian sudah menutup artikel ini.
ngakak ane yg baca
ReplyDeletezaman skrng mana bisa anak dilarang pacaran mas
ReplyDeleteFilm Semi
ReplyDeleteBioskop Online
Film Online